EARTHIANOS – Destinasi wisata Pacitan ini berlokasi di Jalan Salam, Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, yang berjarak 37 kilometer dari pusat kota. Gua Gong memang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata alam yang indah di Pacitan, Jawa Timur. Dari sekian banyak gua, Gua Gong cukup menarik dan istimewa karena keindahannya. Daya tarik Gua Gong tidak terpisah dari keindahan panorama stalaktit dan stalagmitnya. Strukturnya yang unik dan terbentuk secara natural membuat Gua Gong menjadi salah satu gua terindah di Asia Tenggara.
Mengenal Stalaktit dan Stalagmit pada Gua
Jika masuk ke dalam gua, yang seringkali ditemukan di dalam gua adalah bebatuan kerucut di permukaan atas dan bawah gua. Itulah yang disebut stalaktit dan stalagmit. Perbedaan keduanya hanya terdapat pada letak batuan. Stalaktit adalah batuan kapur berbentuk kerucut yang ujungnya meruncing ke bawah dan terdapat di langit-langit gua. Sementara stalagmit juga merupakan batuan kapur dengan bentuk kerucut dan berdiri tegak di lantai gua.
Umumnya, warna batuan stalaktit dan stalagmit adalah kuning, coklat, putih, keemasan, dan krem. Bebatuan ini terbentuk melalui proses kimiawi dari batu kapur. Karena itu, banyak gua berada di area kapur karena tanah pijakannya membentuk stalaktit dan stalagmit. Bebatuan ini menjadi keindahan alami di gua-gua, namun ada juga yang terbentuk di sekitar air terjun.
Keunikan Stalaktit dan Stalagmit di Gua Gong
Gua Gong terkenal dengan ciri khas stalaktit dan stalagmitnya yang unik dan indah. Bahkan gua ini menjadi incaran para wisatawan, rasanya belum lengkap kalau ke Pacitan belum ke Gua Gong. Berdasarkan catatan ilmiahnya, ornamen atau biasa disebut speleotem di dalam Gua Gong begitu variatif. Bentuk stalaktit ada yang meruncing, tipis melebar, dan menjuntai seperti tirai. Permukaan stalaktit ditumbuhi suatu ornamen bernama heliktit yang memiliki format melengkung.
Beberapa stalaktit dan stalagmit gua mempunyai bentuk unik dan diberi nama oleh juru kunci gua sesuai imajinasinya. Untuk sekumpulan stalaktit yang masih aktif diberi nama Selo Jengger Bumi, Selo Paku Buwono, dan Selo Bantaran Angin. Adapun stalagmit dan owstone diberi nama Selo Gerbang. Ada juga Selo Citro Cipto Agung adalah nama sebuah kolam besar yang pinggirannya dikelilingi kolam-kolam kecil indah memanjang. Kumpulan owstone aktif dengan berbagai gurdam kecil di bawahnya diberi nama Selo Adi Citro Buwono. Yang terakhir Selo Susuh Angin, merupakan nama sekumpulan stalagmit besar yang ada di antara beberapa kolam.
Di ujung lorong, ada sebuah ruangan yang membentuk kubah raksasa sepanjang 100 meter dengan lebar 15-40 meter, dan tinggi 20-30 meter. Melihat ruangan ini pasti akan terkesima karena memberi kesan indah dan megah. Ornamen stalaktit dan stalagmitnya begitu variatif dan mempunyai karakteristik berbeda. Karakteristik lain yang bisa dijumpai di dalam gua adalah stalakmit kristal yang bisa berbunyi jika dipukul dengan tangan. Suaranya mirip suara dari alat musik gong. Itulah kenapa gua karst tersebut diberi nama dengan Gua Gong. Selain bunyi gong, suasana semakin menenangkan karena terdengar bunyi gemericik air menetes di dalam gua.
Sejarah Gua Gong
Pada 1924 silam, dua orang warga desa setempat bernama Mbah Noyosemito dan Mbah Joyorejo tidak sengaja menemukan sebuah gua saat sedang mencari air. Memang bener, akhirnya di gua tersebut mereka menemukan sejumlah mata air atau disebut sebagai sendang. Masyarakat kala itu hanya mengambil air saja, sebab mereka menganggap kondisi gua masih angker karena tidak banyak orang mengetahui tempat itu.
Baru kemudian pada 5 Maret 1995, Sunyamin bersama sembilan warga lainnya masuk ke dalam gua untuk mengetahui kondisi di dalam gua. Dari sinilah warga sepakat memberi nama tempat tersebut dengan Gua. Krena menurut kepercayaan warga, pada waktu-waktu tertentu seringkali terdengar suara gamelan dari dalam gua. Pemerintah setempat pada 1996 mulai membangun anak tangga dan melengkapinya dengan lampu. Gua Gong merupakan hasil proses pelarutan batu gamping formasi Wonosari yang berumur 3 juta tahun. Proses karsifikasi terjadi 1,8 juta tahun lalu, tidak begitu lama ketika batu gamping terangkat dari dasar laut.
Lokasi Gua Gong
Gua Gong berada di perbukitan karst Desa Bromo, Kecamatan Punung, yang berjarak 38 Km dari pusat Kota Pacitan. Perjalanan menuju lokasi cukup berkelok-kelok, tetapi sudah diaspal mulus. Jika dari Solo atau Yogyakarta memakan waktu sekitar 3-4 jam. Meski perjalanan panjang, di sisi kanan dan kiri jalan terhampar pemandangan yang indah. Agar sampai di titik gua, maka harus berjalan kaki dari tempat parkir dengan jarak sekitar 300 meter.
Bagi pengunjung yang ingin berkeliling gua, di sana telah disiapkan pemandu wisata yang siap menemani kegiatan susur gua. Karena di dalam agak gelap, maka bisa menyewa senter untuk menerangi perjalanan menelusuri gua, pengalaman ini menciptakan kesan seperti di “alam lain”.
Destinasi Wisata Gua Gong
Tidak hanya gua, Gua Gong ini juga menjadi objek wisata alam dengan fasilitas cukup lengkap. Pengunjung yang datang dapat menikmati fasilitas lain seperti bersantai gazebo atau menikmati kuliner di warung sekitar. Ada juga tempat khusus yang menjual souvenir dan oleh-oleh khas Gua Gong. Bahkan salah satu ruangan di dalam gua ini pernah digunakan sebagai lokasi konser musik sebagai media promosi Gua Gong. Konsep tersebut disiarkan secara langsung di empat negara dalam rangka mempromosikan salah satu keindahan alam di Indonesia.
Pacitan sendiri dijuluki sebagai Kota 1001 Gua karena banyaknya gua di wilayah ini. Kabupaten Pacitan sebelah selatan merupakan kawasan karst, mendatangkan berkah tersendiri karena melahirkan begitu banyak gua yang menawarkan keindahan luar biasa. Adapun Gua Gong menjadi daya tarik utama Kota Pacitan karena telah dilengkapi fasilitas memadai untuk menunjang objek wisata. Pengunjung yang datang tentunya akan merasa lebih nyaman karena telah dibangun sarana supaya wisatawan dapat menikmati keindahan panorama di dalam gua.
Baca Juga : Desa Wisata Untuk Liburan Keluarga di Indonesia