Mengenal Gua Hatusaka, Gua Terdalam Julukan Blender Raksasa

Mengenal Gua Hatusaka, Gua Terdalam Julukan Blender Raksasa

EARTHIANOS – Menjelahan Indonesia tak hanya soal puncak tertingginya atau biru lautannya, tetapi juga bisa mengenal gua Hatusaka terdalamnya yang menyimpan keindahan bak harta karun misterius.  Hatusaka, yakni gua vertikal terdalam di Indonesia diperkirakan memiliki kedalaman ekstrem, yakni mencapai 424 meter. Gua Hatusaka ini berada di Taman Nasional Manusela Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Nama Hutusaka diambil dari letak gua ini berada, yaitu berada di atas Gunung Hatusaka di ketinggian 900 mdpl. Sejauh ini, penggiat ekspedisi gua mengklaim bahwa Hatusaka adalah gua terdalam di Indonesia.

Jejak Eksplorasi ke Dasar Terdalam Gua Hatusaka

Kedalaman ekstrem menjadi magnet bagi penjelajah untuk mengeksplorasi Gua Hatusaka hingga dasar terdalamnya. Dilansir dari situs resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Gua Hahtusaka pertama kali dijelajah dan dipetakan pada tahun 1996 oleh tim ekspedisi gabungan dari Amerika, Inggris. Prancis, dan Australia. Namun ekspedisi tersebut baru berhasil mencapai dasar gua pada upaya penjelajahan kedua tahun 1998.

Kemudian percobaan berikutnya dalam kegiatan Ekspedisi Speleologi Seram pada tahun 2011, dilakukan oleh Acintyacunyata Speleological Club (ASC) juga terhenti di kedalaman 190 meter karena air sungai membanjiri lorong. Berlanjut 5 tahun kemudian, pada 2016 tim ekspedisi gua dari Italia menjadi tim kedua yang berhasil menginjakkan kaki di dasar Gua Hatusaka dan memetakan satu segmen lorongnya. Pada 2017, Mapala UI termotivasi oleh keberhasilan tim penelusur Italia, juga melakukan upaya mencapai dasar Gua Hatusaka. Namun terhenti di kedalaman 220 meter karena banjir yang kembali menutupi lorong gua.

Keberhasilan Ekspedisi Penjelajah Dalam Negeri pada 2018

Keempat ekspedisi yang pernah dilakukan ke dalam gua Hatusaka masih belum mengungkap data dan informasi mengenai karakteristik lain dari gua terdalam di Indonesia ini.  Oleh karena itu, pemerintah setempat dari Balai Taman Nasional (BTN) Manusela, merasa perlu menggelar ekspedisi lain guna mengungkap karakteristik Gua Hatusaka secara lebih lengkap selain kedalaman, lebar gua, dan bentuknya.

Akhirnya di tahun 2018, BTN Manusela bersama Acintyacunyata Speleological Club dengan tim berjumlah 12 orang, meliputi 10 orang tenaga ahli dari ASC, dan dua orang staf Balai Taman Nasional Manusela berhasil mencapai dasar gua terdalam di Indonesia.  Kegiatan yang berlangsung selama delapan hari dari 2-9 Agustus 2018 itu berhasil memutakhirkan data mengenai kedalaman total dan luas ruangan di dasar gua, serta menemukan adanya flora, fauna, dan karakteristik lain yang ada di dalam Gua Hatusaka.

Adapun, dua orang tim penjelajah ASC, Ahmad Sya’roni dan A.B. Rodhial Falah yang menelusuri pada tanggal 3 – 6 Agustus 2018. Keduanya tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang mencapai dasar Gua Hatusaka. Keberhasilan Tim ASC dan BTN Manusela mencapai dasar dan mengungkap karakteristik Gua Hatusaka merupakan hadiah untuk HUT Kemerdekaan RI ke 73. Prestasi ini mengukir sejarah bahwa anak bangsa mampu bersaing dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Kondisi Dasar Gua Hatusaka

Dari kegiatan ini terungkap kondisi dasar Gua Hatusaka memiliki luas ruangan 90 meter x 62 meter dengan tinggi atap 180 meter. Dengan kondisi relatif datar tanpa sorot sinar matahari, dasar Gua Hatusaka sangat luas dan gelap. Seorang penelusur dari tim BTN Manusela dan ASC yang turun ke dasar gua menyebutkan. Berdiri di dasar Gua Hatusaka seperti berdiri di dalam stadion sepak bola dalam keadaan gelap gulita. Sebagai perbandingan, anggota tim mengungkapkan bahwa cahaya senter dengan intensitas 4000 lumens tidak bisa tembus dari dinding satu ke dinding lain. Yang mana, intensitas cahaya rata-rata lampu mobil adalah 3000 lumens. Sementara di dasar gua terdapat endapan kerikil pasir yang luasnya hampir sepertiga ruangan. Selebihnya berupa endapan tanah liat yang mengindikasikan adanya genangan air sebelum meresap ke dasar tanah.

Gua Hatusaka Diibaratkan Blender Raksasa

Meskipun di atas gua terutama bagian mulut gua adalah hutan lebat, tidak ditemukan adanya pohon besar di dasar gua. Hanya dijumpai serpihan kayu berukuran kecil. Keunikan fenomena ini membuat tim ekspedisi menduga, batang-batang kayu hancur menjadi serpihan kecil karena terbawa banjir dan akibat gerak turbulen air yang dahsyat di dasar gua.

Karena ini, Gua Hatusaka diibaratkan seperti blender raksasa membuat apapun yang terbawa masuk ke dalamnya akan digilas pusaran air hingga berkeping-keping. Uniknya, walaupun terletak di kedalaman ekstrem yang gelap gulita tanpa adanya kehidupan. Tim ekspedisi menemukan beberapa cacing tanah dan jenis serangga di dasar gua. Selain itu, tim juga menemukan tumbuhan berdaun hijau berukuran sekitar 15 cm tumbuh di dasar gua. Sehingga tim menduga bahwa cahaya matahari tetap bisa mencapai dasar Gua Hatusaka pada saat-saat tertentu.

Tempat Sakral dan Menyimpan Banyak Misteri

Sisi misterius tidak hanya datang dari tempatnya saja, tetapi juga asal usul nama gua. Nama tersebut diberikan oleh masyarakat Saleman, Hatusaka dari kata ‘Hatu’ yang berarti batu atau gunung, dan ‘Saka’ yang berarti pusaka. Oleh karena itu Hatusaka memiliki arti Gunung Pusaka.  Selain itu, Gua Hatusaka dianggap sebagai tempat sakral penuh misteri karena erat dengan berbagai mitos dan ritual di masyarakat sekitar. Karena itu, setiap ekspedisi yang dilakukan harus melewati ritual adat sebelum memasuki gua.

Ritual adat tersebut umumnya digelar di Desa Saleman oleh seluruh anggota tim ekspedisi dipimpin oleh Tetua Adat dari Marga Upuolat yang secara garis adat membawahi enam marga lain di Saleman. Sebagai negara yang memang kental adat istiadat, ritual ini ditujukan untuk meminta keselamatan dan kelancaran selama kegiatan. Selepas menjalani upacara adat, tim susur gua didukung tenaga porter dari warga desa harus menempuh 3 jam perjalanan. Hingga menyusuri hutan hujan tropis dan naik turun bukit untuk sampai di titik lokasi Gua Hatusaka. Meski menyimpan keindahan yang misterius, Gua Hatusaka bukan tempat untuk pengunjung umum. Untuk menelusuri gua ini sangatlah sulit. Selain dipengaruhi oleh cuaca yang berbeda, medan yang rapuh dan bebatuan mudah rontok menjadi tantangan bagi penjelajah. Oleh karena itu, kegiatan menelusuri gua hanya bisa dilakukan oleh tim ahli dalam bidang penelitian gua.

Lokasi Gua Hutusaka di Indonesia

Gua Hutusaka berada di area Taman Nasional Manusela, yang merupakan kawasan konservasi alam seluas 189.000 Ha. Lokasi kawasan ini meliputi sepertiga kabupaten Maluku Tengah. Yang merupakan gabungan dari dua cagar alam, yaitu Wae Nua dan Wae Mual. Saat ini Gua Hatusaka masih memegang rekor sebagai gua terdalam di Indonesia, disusul Gua Lomes Longmot (360 m) dan Gua Sibil Buk (349 m) yang keduanya terletak di Papua Barat. Gua Hatusaka tak hanya menawarkan keindahan alam yang luar biasa, tetapi juga tantangan yang memacu adrenalin. Namun, perlu diingat bahwa gua ini hanya boleh dikunjungi oleh orang berpengalaman.

Baca Juga : Pesona Alam Desa Wisata Terbaik di Indonesia

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *