EARTHIANOS – Pada dasarnya Borobudur ini menjadi sebuah stupa yang jika dilihat dari atas akan membentuk sebuah pola Mandala Besar. Mandala sendiri adalah sebuah pola yang rumit, juga tersusun dari beberapa bentuk. Salah satunya adalah bujursangkar dan juga lingkaran konsentris. Melambangkan sebuah kosmos atau alam semesta yang sangat umum ditemukan di agama Buddha. Utamanya dalam aliran Wajrayana Mahayana.
Tiga Tingkatan Ranah Spiritual di Dalam Kosmologi Buddha
Berikut tiga tingkatan ranah spritual dalam kosmologi buddha yang wajib anda ketahui:

Kamadhatu
Menjadi bagian kaki dari Borobudur dan menjadi lambang atas Kamadhatu. Atau disebut juga dengan dunia yang masih terus dikuasai oleh kama, yang disebut dengan nafsu rendah. Bagian tersebut ternyata Sebagian besarnya tertutup dengan tumpukan batu. Kemudian diduga dibuat agar bisa memperkuat konstruksi dari candinya.
Dibagian kaki aslinya tertutup dengan struktur tambahan dan ada sekitar 160 panel dari Karmawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan dibagian sudut tenggaranya disisihkan, sehingga orang-orang masih bisa melihat beberapa relief. Struktur andesitnya ternyata menutupi kaki asli dan memiliki volume sekitar 13.000 meter kubik.
Rupadhatu
Ada sekitar empat undah teras dengan bentuk Lorong, dikelilingi pada dindingnya dan kemudian dihiasi dengan relief. Lantainya memperlihatkan bentuk persegi. Rupadhatu sendiri terdiri atas empat Lorong sekaligus, bahkan ada sekitar 1.300 gambar relief.
Panjang dari reliefnya sekitar 2.5 kilometer dengan ada sekitar 1.212 panel yang memiliki ukir dekoratif.
Rupadhatu sendiri menjadi dunia yang sudah bisa membebaskan diri dari hawa nafsu. Tapi masih terikat dengan rupa dan juga bentuknya. Tingkatan tersebut menjadi lambang diantara alam bawah juga alam atas.
Dibagian Rupadhatu ini, ternyata patung Buddha ada dibagian ceruk atau bahkan relung dinding atas. Yang aslinya ada sekitar 432 jenis arca Buddha yang ada dibagian relungnya. Terbuka disepanjang sisi luar dan dibagian pagar langkan.
Pada pagar langkannya, ada sedikit perbedaan. Rancangan yang menjadi lambang atas beralihnya ranah Kamadhatu menuju ke ranah Rupadhatu. Pagar langkan yang paling rendah dan dimahkotai ratna.
Sedangkan untuk empat tingkat pagar langkan yang ada dibagian atasnya. Ternyata dimahkotai dengan stupika. Bagian teras bujungsangkar ini sangat kaya dengan hiasan juga ukiran relief.
Arupadhatu
Berbeda dengan Lorong yang disebutkan sebelumnya, kaya dengan relief. Mulai dari lantai lima hingga kebagian lantai tujuh ternyata tidak menghadirkan relief. Tingkatan tersebut disebut dengan Arupadhatu, itu berarti tidak berupa juga tidak ada wujud.
Denah dari lantainya berbentuk lingkaran, tingkatan tersebut menjadi lambang alam atas. Adalah saat Ketika manusia sudah bebas dari banyak keinginan, serta ikatan dengan bentuk serta rupa. Tapi juga belum mencapai nirwana.
Di pelatarannya, terdapat sekitar 72 jenis stupa ukuran kecil. Berterangan yang tersusun menjadi tiga barisan sekaligus. Stupa kecil memiliki bentuk lonceng, kemudian disusun menjadi 3 teras lingkarang. Pun masing-masing memiliki jumlah mulai dari 32, 24 dan bahkan juga 16 dengan totalnya sekitar 72 stupa.
Berdasarkan kepercayaan, ternyata patung yang salah dalam proses buat ternyata tidak boleh dibuat. Penggalian arkeologi pun dilakukan tepat dibagian halaman candi, menemukan beberapa patung. Mulai dari stupa utama yang dibiarkan kosong, dan diduga bermakna atas sebuah kebijaksanaan paling tinggi.
Adalah kasunyatan, kesunyian hingga ketiadaan sempurna saat Ketika jiwa manusia sudah tidak lagi ada hubungannya dengan Hasrat. Keinginan dan hingga terbebas dari sebuah lingkaran samsara.
Susunan dan Pembagian Relief di Dinding dan Pagar Candi
Berikut susunan oembagian relief dinding pagar candi:
Karmawibhangga
Persis dan sama dengan makna simbolis di kaki candinya, relief yang menghiasi dinding batu ternyata menggambarkan sebuah hukum karma. Karmawibhangga sendiri menjadi naskah yang menggambarkan tentang ajaran. Bagaimana karma, tentang hukum sebab akibat atas perbuatan dari manusia.
Relief yang berderet tersebut tidak menjadi cerita yang berseri-seri, tapi disetiap piguranya menggambarkan tentang sebuah cerita yang memiliki hubungan sebab akibat.
Relief tersebut tidak hanya sekadar memberi sebuah gambaran pada perbuatan tercela manusia. Tapi juga hukuman yang akan didapatkannya. Tapi Ketika perbuatan baik serta pahala yang akan didapatkannya.
Secara umum dan keseluruhan, adalah menjadi penggambaran atas kehidupan manusia di dalam lingkaran lahir dan juga hidup hingga mati. Berdasarkan agama Buddha, rantai tersebut yang menjadi akhir untuk bisa menuju ke sebuah kesempurnaan.
Kini pun hanya bagian tenggara yang sangat terbuka, juga bisa dilihat langsung oleh pengunjung. Foto lengkap dari relief Karmawibhangga ini ternyata bisa disaksikan langsung di Museum Karmawibhangga dan juga dibagian utara candi Borobudur.
Lalitawistara
Menjadi penggambaran atas Riwayat Sang Buddha di dalam deret banyak relief. Dan kemudian diambil turunan Sang Buddha dari surga Tushita dan kemudian berakhir dengan wejangan yang pertama. Yakni di Taman Rusa yang dekat dengan Banaras.
Relief tersebut berderet langsung, kemudian dari tangga juga dari sisi bagian selatannya. Dan setelah melampaui deretan relief yang sebanyak 27 pigura. Maka akan dimulai langsung dari tangga bagian sisi timurnya.
Dari 27 pigura tersebut, ternyata menggambarkan tentang kesibukan. Entah itu di surga atau bahkan dunia. Menjadi bentuk persiapan untuk bisa menyambut hadirnya jelmaan terakhir dari Bodhisattwa sebagai calon Buddha.
Tidak hanya itu saja, Relief tersebut juga menggambarkan tentang lahirnya dari sang Buddha tepat di arcapada. Sebagai Pangeran Siddharta putra. Raja Suddhodana dan juga Permaisuri Maya. Relief tersebut juga memiliki jumlah sekitar 120 pigura, yang langsung berakhir dengan sebuah wejangan yang pertama.
Yakni secara simbolisnya, dinyatakan sebagai sebuah Pemutaran Rada Dharma. Sebagai ajaran Buddha yang disebut dengan dharma, juga yang berarti hukum.
Jataka dan Awadana
Jataka berarti beberapa cerita tentang Buddha sebelum lahir dan menjadi Pangeran Siddharta. Isinya sendiri adalah pokok atas penonjolan perbuatan baik. Seperti dengan sikap rela berkorban hingga suka menolong.
Adapun untuk Awadana, adalah terbilang cukup sama dengan Jataka. Di dalam relief candi Borobudur, ternyata Jataka dan Awadana ini sangat diperlukan, dan sama. Itu berarti keduanya ada di dalam deretan sama, tanpa ada pembedaan.
Gandawyuha
Adalah deretan relief yang menghiasi tentang dinding dari Lorong yang kedua, menjadi cerita dari Sudhana. Berkelana tanpa mengenal Lelah di dalam usahanya saat mencari pengetahuan paling tinggi mengenai kebenaran.
Penggambaran di dalam 460 pigura dan didasarkan atas kitab sugi agama Buddha dengan judul Gandawyuha. Dan juga bagian penutupnya berdasarkan dari cerita kitab lain, yakni Bhadracari.
Itulah beberapa penjelasan singkat mengenai bagaimana sebenarnya konsep rancang bangun dari candi Borobudur yang sangat terkenal. Bahkan setiap tahunnya, umat Buddha ini datang dari seluruh penjuru Indonesia dan bahkan dari negara lain.
Berkumpuk di Borobudur untuk memperingati mengenai Trisuci Waisak. Dan Borobudur sendiri ternyata menjadi sebuah wisata tunggal Indonesia yang paling sering juga paling banyak dikunjungi oleh para pelancong. Bagaimana? Kamu tertarik untuk datang dan wisata ke Candi Borobudur bukan?
Baca Juga : Petualangan Menakjubkan di Gunung-gunung Jawa Barat, Surga Tropis yang Menanti untuk Dijelajahi!


