EARTHIANOS – Indonesia merupakan salah satu negara dengan diversitas tertinggi di dunia. Keberagaman di Indonesia sangatlah kaya sehingga tercipta berbagai budaya yang unik. Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan dana dat istiadat masing-masing yang terus dipertahankan ditengah gempuran modernisasi seperti sekarang ini. Hal ini justru menarik perhatian para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, menjadikan beberapa desa di Indonesia menjadi desa wisata yang dibuka untuk wisatawan berkunjung. Mengunjungi desa wisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk mengenal lebih banyak mengenai budaya setempat. Nilai-nilai sejarah dan budaya menjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena itu bagian dari kekayaan bangsa. Salah satu desa wisata dengan keunikan budayanya ialah Desa Trunyan, desa yang sudah menjadi desa wisata populer.
Keunikan Desa Trunyan terletak pada tradisi pemakamannya yang berbeda dengan desa-desa lain di Bali, yaitu jenazah dibaringkan di tanah dan dikelilingi pohon taru menyan yang mengeluarkan aroma harum, menghilangkan bau busuk. Bali memang terkenal dengan ragam objek wisatanya yang lengkap. Mulai dari pantai, gunung, danau, kuliner hingga desa wisata. Di Pulau Bali, khususnya daerah Kintamani, terdapat sebuah desa wisata yang cukup terkenal. Namanya adalah Desa Trunyan.
Desa Trunyan merupakan sebuah desa di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang memiliki tradisi pemakaman yang unik. Orang yang meninggal di sana tidak dikubur atau dikremasi, melainkan hanya dibaringkan di bawah pohon Taru Menyan. Pohon ini akan mampu menghilangkan bau tak sedap dari jenazah yang ada di sana.
Asal Mula Desa Trunyan
Keberadaan desa Trunyan ini tidak lepas dari sejarah dan dibumbui legenda bahkan mitos. Pada mulanya, hiduplah seorang Raja Surakarta. Ia memiliki empat orang anak yang terdiri dari tiga laki-laki dan satu perempuan. Suatu ketika, keempat anaknya mencium bau harum yang entah dari mana datangnya. Anak bungsu perempuannya mengatakan bahwa bau tersebut berasal dari arah timur.
Mereka meminta izin kepada Raja Surakarta untuk mencari bau tersebut. Raja pun mengizinkannya. Kemudian, mereka pun berangkat menuju arah timur. Setelah menempuh perjalanan selama berhari-hari, sampailah mereka di Bali. Semakin harum bau tersebut, semakin penasaran mereka.
Perjalanan pun berlanjut hingga berhenti di Gunung Batur. Si bungsu memohon izin kepada ketiga kakaknya untuk menetap di sana. Ia merasa aman dan nyaman selama disana. Ketiga kakaknya pun mengizinkan. Si bungsu yang kemudian menetap di sana pun mendapat gelar Ratu Ayu Mas Maketeg.
Singkat cerita, ketiga lelaki itu pun melanjutkan perjalanan. Namun, di tengah perjalanan terjadilah pertikaian antara anak pertama dan anak ketiga. Anak pertama menendang anak ketiga karena kesal dengan kelakuan anak ketiga yang terlalu bersemangat. Hal itu dikarenakan anak ketiga mendengar suara burung yang sungguh merdu.
Perjalanan pun berlanjut dan hanya menyisakan anak pertama dan kedua. Di tengah perjalanan, hingga sampai di Danau Batur, mereka melihat dua orang wanita cantik. Anak kedua ingin menyapanya, tetapi dicegah oleh anak pertama. Akibatnya, terjadilah pertengkaran yang menyebabkan anak pertama bersikap seperti sebelumnya. Ia menendang anak kedua hingga terjatuh.
Wanita itu membalas rasa suka si anak pertama dan mereka pun menikah. Kemudian, untuk menjadi pemimpin di sana, anak pertama diberi gelar Ratu Sakti Pancering Jagat. Kemudian, ia menjadi dewa tertinggi di Desa Trunyan. Sementara itu, sang istri mendapat gelar Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar.
Tradisi Pemakaman Unik di Desa Trunyan
Ada hal lain lagi yang tidak kalah menarik dari tradisi pemakaman di sana, yakni jumlah jenazah yang ditaruh di bawah Taru Menyan tidak boleh lebih dari sebelas orang. Selain itu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain, jenazah meninggal wajar, jenazah telah menikah sebelumnya, dan anggota tubuh jenazah masih lengkap.
Mereka yang meninggal dengan memenuhi berbagai syarat di atas bisa dimakamkan di Mepasah (ditaruh di bawah pohon Taru Menyan). Sedangkan tempat pemakaman tersebut disebut Sema Wayah.
Namun, ada dua tempat lain bagi mereka yang tidak memenuhi syarat di atas. Mereka juga akan dimakamkan. Pertama, Sema Muda untuk anak kecil atau orang dewasa yang belum menikah. Kedua, Sema Bantas untuk mereka yang meninggal tidak wajar atau yang anggota tubuhnya tidak lengkap karena sakit.
Aturan di Desa Trunyan
Ada beberapa aturan yang perlu dipatuhi saat berkunjung ke Desa Trunyan. Misalnya, wisatawan tidak diperbolehkan untuk berbicara kotor dan tidak boleh mengambil barang apa pun yang ada di Taru Menyan.
Beberapa Tempat Menarik yang Ada di Sekitar Desa Trunyan
Pura Pancering Jagat
Di tempat ini, pengunjung akan menemukan atraksi menarik. Daya tarik tersebut berupa kesenian tradisional yang disebut Barong Brutuk. Bagi masyarakat sekitar, Barong Brutuk merupakan titisan penguasa di Desa Trunyan.
Ada Ratu Sakti Pancering Jagat dan Ratu Ayu Pingit Dalem Dasar. Orang-orang yang menjadi Barong Brutuk adalah orang-orang pilihan. Mereka harus menyucikan diri atau karantina selama 42 hari. Selain itu, mereka tidak boleh berhubungan dengan wanita dan pemerannya biasanya laki-laki.
Pakaian Barong Brutuk berasal dari daun pisang yang dikeringkan. Sedangkan untuk penutup wajah menggunakan topeng. Namun, topeng yang digunakan berbeda dengan kebanyakan pusat oleh-oleh di Bali. Menariknya, kesenian ini hanya bisa disaksikan pengunjung setiap dua tahun sekali. Barong Brutuk dipentaskan saat upacara Ngusaba Kabat di Pura Pancering Jagat.
Danau Batur
Salah satu objek wisata menarik di sekitar Desa Trunyan adalah Danau Batur. Sebelum menuju Desa Trunyan, Anda pasti akan melalui Danau Batur. Ini merupakan salah satu danau di Bali yang keindahannya sudah terkenal. Bahkan, keindahannya telah diakui oleh UNESCO dengan menobatkan Danau Batur sebagai Global Geopark Network.
Berada di ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut, Anda dapat melihat keindahan danau dengan warnanya yang hijau kebiruan. Selain itu, Anda juga dapat menikmati keindahan perbukitan yang terhampar. Danau Batur merupakan tempat yang tepat untuk bersantai dan menemukan kedamaian.
Baca Juga : Daftar Desa Wisata Dengan Pesona Alam Dan Budaya Yang Terjaga