EARTHIANOS – Desa Ngadas merupakan permata tersembunyi di lereng Gunung Bromo yang menawarkan keindahan alam dan kekayaan budaya yang luar biasa. Desa wisata ini terletak di ketinggian sekitar 2.150 meter di atas permukaan laut di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ngadas dikenal sebagai salah satu pintu gerbang menuju kawasan wisata Gunung Bromo dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Keindahan alamnya yang mempesona dan kehidupan budaya yang masih terjaga, Desa Ngadas merupakan rumah bagi Suku Tengger, yakni salah satu masyarakat adat yang memiliki kekayaan tradisi dan sejarah yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Keindahan Alam Desa Ngadas Berkat Letak Geografisnya
Desa Ngadas dikelilingi oleh pegunungan dan lembah hijau yang menawarkan pemandangan yang luar biasa. Dari desa ini, pengunjung dapat melihat panorama Gunung Bromo, Gunung Semeru, dan Gunung Batok yang menjulang megah dari kejauhan. Suhu udara di desa ini relatif sejuk, berkisar antara 5°C hingga 20°C, sehingga menciptakan suasana yang sejuk.
Keindahan alam Desa Ngadas tidak hanya terbatas pada pemandangan pegunungan. Lahan pertanian yang tertata rapi menambah pesona desa ini. Ladang-ladang yang ditanami kentang, wortel, kubis, dan daun bawang menjadi ciri khas pemandangannya. Selain itu, hutan-hutan yang mengelilingi desa ini memberikan nuansa alam yang sangat menenangkan.
Masyarakat Adat Tengger
Desa Ngadas dihuni oleh suku Tengger, yaitu masyarakat adat yang dikenal dengan kehidupan beragama dan tradisi budayanya. Suku Tengger diyakini sebagai keturunan kerajaan Majapahit yang memilih tinggal di pegunungan untuk melestarikan budaya mereka.
Ajaran Hindu-Buddha sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Desa Ngadas. Disini terdapat upacara adat seperti Yadnya Kasada, yang merupakan salah satu tradisi yang paling dikenal. Dalam upacara ini, masyarakat Tengger mempersembahkan hasil panen ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur mereka. Selain Yadnya Kasada, ada juga tradisi lain seperti Karo, Barikan, dan Nyadran yang menggambarkan kekayaan budaya dan spiritualitas masyarakat setempat.
Kehidupan Sehari-hari di Desa Ngadas
Sebagian besar penduduk Desa Ngadas berprofesi sebagai petani. Lahan pertanian di desa ini sangat subur berkat tanah vulkanik dari letusan Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Selain bertani, sebagian penduduk juga berkecimpung di sektor pariwisata, seperti menjadi pemandu wisata, penyedia homestay, dan penyewaan kuda bagi wisatawan yang ingin menjelajahi Gunung Bromo.
Selain itu, Desa Ngadas juga menyediakan homestay yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dengan menginap di rumah keluarga suku Tengger, wisatawan dapat menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat adat, mencicipi makanan khas, serta mempelajari adat dan kepercayaan mereka secara langsung. Pengalaman ini memberikan kesan yang mendalam dan autentik dibandingkan dengan sekadar mengunjungi tempat wisata biasa.
Potensi Wisata Desa Ngadas
Sebagai bagian dari kawasan TNBTS, Desa Ngadas memiliki potensi besar di sektor pariwisata. Selain sebagai pintu masuk Gunung Bromo, desa ini juga menawarkan wisata budaya yang unik. Wisatawan dapat menyaksikan upacara adat, menikmati keindahan alam, dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Salah satu daya tarik utama yang dimiliki desa wisata ini adalah masyarakatnya yang ramah dan autentik. Mereka sangat menjaga adat dan budayanya, menjadikan desa ini sebagai representasi bagaimana modernitas dapat berjalan beriringan dengan tradisi yang sudah ada.
Tantangan dan Pelestarian Budaya
Terlepas dari potensi pariwisatanya, Desa Ngadas juga menghadapi berbagai tantangan, seperti tekanan modernisasi dan perubahan iklim. Modernisasi dapat mengancam kelestarian budaya adat jika tidak dikelola dengan bijaksana. Diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat setempat, dan pihak lainnya untuk memastikan budaya dan adat Suku Tengger tetap terpelihara.
Selain itu, perubahan iklim dapat memengaruhi hasil pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat. Pendekatan berbasis keberlanjutan perlu diterapkan untuk melindungi lingkungan alam di sekitar desa sekaligus mendukung kehidupan masyarakat setempat. Diharapkan bahwa kegiatan pariwisata di desa wisata ini masih bisa terus dilakukan demi membantu perekonomian warga sekitar tanpa berpotensi merusak alam sekitarnya.
Hal yang Perlu Diketahui Tentang Desa Ngadas
Desa wisata yang berada di ketinggian 2.150 meter di atas permukaan laut ini merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Diapit oleh ngarai yang dalam di lereng Gunung Bromo di Jawa Timur, Anda akan menemukan kabut yang menyelimuti langit seolah-olah desa ini mengapung di antara awan. Karena berada di dataran tinggi, suhu rata-ratanya sekitar 0 – 25 derajat Celcius, dengan udara yang sejuk hingga cukup dingin. Desa Ngadas di Kabupaten Malang di Jawa Timur baru-baru ini diresmikan sebagai Desa Budaya Tradisional setelah sebelumnya menyandang gelar Desa Wisata Resmi sejak tahun 2007.
Penduduk desa Tengger adalah penduduk asli dari lanskap paling surealis ini yang terletak hanya 6,5 km dari Gunung Bromo yang ikonik. Di sini, penduduk setempat akan menyambut para pengunjung ataupun pendaki untuk tinggal di rumah mereka dan menjadi bagian dari pengalaman perjalanan yang berharga. Banyak wisatawan yang bermalam di desa ini sebelum melanjutkan perjalanan mereka ke Gunung Bromo.
Hingga saat ini, penduduk desa Ngadas masih mempraktikkan ritual dan upacara kuno yang diyakini dapat membawa mereka pada ketertiban, keberuntungan, dan kesejahteraan. Meskipun ada perbedaan agama di antara mereka, di mana sebagian memeluk agama Buddha sementara yang lain memeluk agama Islam atau Hindu, mereka tetap hidup rukun dan harmonis.
Kawasan Bromo-Tengger-Semeru telah diakui sebagai salah satu dari 10 Destinasi Prioritas baru di Indonesia. Hal ini mendorong masyarakat desa Ngadas untuk meningkatkan layanan lokal mereka untuk melayani lebih banyak pengunjung. Pemerintah telah mendukung kemajuan ini dengan berbagai cara, seperti membangun jalan yang lebih baik untuk memudahkan jalan kaki dari Ngadas ke Gunung Bromo. Desa ini terletak di dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru bersama dengan Desa Gubugklakah di dekatnya. Beberapa objek wisata untuk dijelajahi di sekitar area tersebut termasuk Coban Trisula, Coban Pelangi, dan Ranu Pani.
Menuju Lokasi
Desa ini terletak sekitar 30 kilometer Dari pusat kota Malang. Medan bergelombang di sepanjang beberapa jalur mungkin memerlukan kendaraan off-road yang bagus serta pengemudi yang berpengalaman. Pastikan untuk menyewa mobil Anda dari operator yang dapat dipercaya untuk perjalanan aman dan nyaman. Anda akan menemukan kemegahan hamparan alam hijau yang terhampar saat Anda menjelajahi desa lebih jauh.
Baca Juga : Mengenal Bagaimana Sejarah hingga Jenis dari Teknologi Bioteknologi