Desa Wisata Tak Biasa di Sulawesi Selatan dan Sumba

Desa Wisata Tak Biasa di Sulawesi Selatan dan Sumba

EARTHIANOS – Ide inti dari desa wisata adalah memadukan karakteristik kehidupan desa dengan potensi wisata ekologi dan budaya, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat setempat yang berkelanjutan. Prinsip inti di balik desa wisata ialah kunjungan yang berdampak. Ini adalah cara yang berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam mempraktikkan wisata baik oleh wisatawan maupun tuan rumah.

Manfaat Berkunjung ke Desa Wisata

Selama berkunjung ke desa wisata, Anda bisa mendapatkan berbagai pengalaman autentik seperti tinggal bersama penduduk setempat, berpartisipasi dalam pekerjaan sehari-hari mereka, atau mengajar anak-anak desa, di mana semua itu dapat berkontribusi pada kesejahteraan ekosistem pedesaan. Ini membantu dalam mempromosikan budaya dan warisan mereka dengan cara yang lebih komersial serta berkelanjutan.

Meningkatkan Perekonomian Pedesaan

Penduduk setempat, termasuk perempuan dan pemuda, mendapatkan kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan kewirausahaan yang tidak hanya mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka, tetapi juga menghasilkan sumber pendapatan berkelanjutan bagi masyarakat. Hal ini mengurangi migrasi penduduk karena kurangnya kesempatan kerja di tempat asal mereka yang memungkinkan kesejahteraan masyarakat.

Promosi dan Pelestarian Produk Lokal

Pariwisata pedesaan membuka jalan baru untuk memamerkan produk-produk buatan dalam negeri mulai dari seni, kerajinan tangan, tekstil, hingga suvenir, dan produk makanan, bersama dengan cerita rakyat, arsitektur, dan banyak lagi. Hal ini meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga meningkatkan standar hidup.

Promosi dan Pelestarian Budaya

Setiap tempat memiliki tradisi dan praktik budayanya sendiri yang mereka ikuti. Pariwisata Pedesaan menawarkan kesempatan bagi wisatawan untuk terlibat, berpartisipasi, dan mengalami tradisi-tradisi ini.

Merasakan Pengalaman kehidupan Desa yang autentik

Latar belakang pedesaan berupa desa-desa hijau yang subur, jalan-jalan sempit, hasil bumi organik, dan terutama kehangatan penduduknya, menjadi perubahan yang menyegarkan dan menenangkan bagi mereka yang kesehariannya terjebak dalam hiruk pikuk khas perkotaan.

Membina pola pikir pro-lingkungan

Pariwisata pedesaan membantu mengembangkan kesadaran terhadap keanekaragaman hayati yang ditemukan di daerah pedesaan. Ini membantu untuk menumbuhkan kesadaran di antara penduduk asli dan para pelancong dan mempromosikan pelestarian dan konservasi lingkungan alam dan penghuninya.

Dua Desa Wisata Dengan Keindahan Alam Luar Biasa

Wisata desa  adalah bentuk wisata berbasis alam yang mengungkap kehidupan, budaya, seni, dan warisan pedesaan di lokasi pedesaan, sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, baik secara sosial maupun ekonomi. Berikut dua desa wisata di Indonesia yang menawarkan keindahan alam luar biasa:

Desa Rammang-Rammang (Sulawesi Selatan)

Rammang-rammang yang menyajikan panorama perbukitan karst (batu kapur), terletak di Maros-Pangkep, Desa Salenrang, Provinsi Sulawesi Selatan, atau sekitar 40 km di sebelah utara Kota Makassar. Pegunungan karst menjulang tinggi di desa ini ditumbuhi vegetasi yang rapat di sekitarnya.

Ini tercatat sebagai pegunungan karst terluas ketiga di dunia setelah Tsingy di Madagaskar dan Shilin di Tiongkok. Luasnya sekitar 45.000 hektare. UNESCO juga telah memasukkan pegunungan karst Rammang-Rammang sebagai salah satu Situs Warisan Dunia Indonesia.

Nama Rammang-rammang sendiri berasal dari bahasa Makassar dan diartikan sebagai awan atau kabut, terlihat dari kondisi kawasan desa yang selalu berkabut, terutama pada pagi hari atau saat hujan.

Pegunungan kapur (karst) yang menjadi daya tarik utama tempat ini terbentuk karena proses pelarutan suatu kawasan batuan karbonat (batuan yang mudah larut), sehingga menghasilkan bentuk permukaan bumi yang unik dengan ciri eksokarst (di atas permukaan) dan indokarst (di bawah permukaan).

Rammang-Rammang terbentuk sejak sekitar 30 juta tahun yang lalu. Namun untuk kawasan ini, diperkirakan manusia pertama yang bermukim di tempat ini sekitar 40 tahun yang lalu. Jejak kaki manusia di masa lampau masih dapat dilihat oleh pengunjung melalui tulisan tangan atau simbol-simbol yang tersebar di beberapa dinding pegunungan.

Untuk mencapai Desa Rammang-rammang, wisatawan harus menempuh perjalanan selama dua jam dari pusat Kota Makassar. Sesampainya di Rammang-rammang, pengunjung dapat menyewa perahu dan menjelajahi keindahan kawasan Rammang-rammang melalui Sungai Pute. Melalui sungai ini pula, wisatawan dapat mengunjungi dua objek wisata yang ada di kawasan Taman Hutan Raya Batu Kapur, yaitu Telaga Bidadari, Goa Bulu Barakka, Goa Palem, Goa Pasaung, dan Desa Berua.

Pilihan lain untuk menikmati Rammang-rammang adalah dengan menggunakan perahu sewaan menuju Kampung Berua. Setelah sampai di Kampung Berua, Anda dapat melakukan trekking di sekitar pegunungan kapur. Namun di himbau untuk berhati-hati karena kondisi jalan setapak di antara ladangnya basah dan licin.

Desa Ratenggaro

Selain karena keindahan alamnya, Sumba juga dikenal karena budayanya yang masih terjaga dengan baik. Ada banyak desa adat yang bisa Anda temukan di sana. Salah satunya adalah Desa Adat Ratenggaro, desa paling populer di Tanah Sumba.

Desa Adat Ratenggaro terletak di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya. Dari Kota Tambolaka, Anda harus berkendara sekitar 1,5 jam hingga 2 jam perjalanan. Tidak ada angkutan umum yang bisa menuju desa ini karena lokasinya yang cukup terpencil. Hanya ada 2 kemungkinan untuk menuju ke sana, ikut travel atau menyewa mobil. Jalan beraspal cukup mulus, hanya beberapa jalan yang kurang bagus di dekat lokasi desa.

Kabarnya, sejarah Ratenggaro dimulai sejak zaman megalitikum ribuan tahun lalu. Dari berbagai referensi, sejarah tempat ini dapat ditelusuri dari namanya. “Rate” berarti kuburan dan “Garo” merupakan penduduk awal yang menempati tempat ini. Pada saat terjadi perang antar suku, desa ini direbut dari suku Garo dan para korban yang kalah perang dimakamkan di makam tersebut. Batu nisannya sendiri berbentuk persegi seperti meja. Total ada sekitar 304 batu nisan yang berada di sini, yang mungkin akan terlihat menyeramkan bagi wisatawan yang baru berkunjung.

Desa Adat Ratenggaro memiliki keunikan lainnya yakni pada rumah adatnya yang disebut Uma Kelada. Uma Kelada memiliki ciri khas berupa menara-menara yang menjulang tinggi mencapai 15 hingga 20 meter. Atapnya terbuat dari jerami padi dan tinggi setiap rumah didasarkan pada status sosial penghuninya. Bangunannya berbentuk seperti rumah panggung yang terdiri dari empat tingkat dengan fungsi yang berbeda-beda.

Ratenggaro merupakan desa adat yang masih melestarikan adat istiadat leluhurnya, terlihat dari kepercayaan masyarakat setempat yang masih menganut adat Marapu, sama seperti desa-desa di Kabupaten Sumba Barat Daya pada umumnya. Kepercayaan Marapu merupakan akar dari sistem sosial, politik, dan budaya masyarakat Sumba.

Baca Juga : Mengenal Keunikan Khas Dua Desa Wisata Di Lombok

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *