EARTHIANOS – Mengingat Indonesia kaya akan nilai-nilai budaya, tidak heran jika banyak desa unik yang akhirnya menjadi desa wisata. Kebudayaan yang mereka miliki patut untuk diketahui banyak orang. Dua desa yang paling ikonik di Indonesia sebagai desa wisata ialah desa Belaraghi dan Wae Rebo.
Tentang Desa Belaraghi
Desa Belaraghi dalah salah satu dari sedikit desa adat suku Ngada yang masih terjaga keasliannya dan masih sangat tradisional. Sehingga Desa adat Belaraghi terletak di Kecamatan Keligejo – Aimere dan berjarak 45 Km dari Kota Bajawa. Desa Belaraghi menjadi salah satu destinasi wisata yang paling diminati di Nusa Tenggara Timur.
Pemukiman Desa Belaraghi
Desa Wisata Belaraghi terletak di lereng Bukit Belaraghi, sesuai dengan namanya. Awalnya desa ini berada di puncak Bukit Belaraghi, namun pada tahun 1950-an desa ini mengalami kebakaran hebat yang membuat desa ini akhirnya pindah ke lereng. Meski telah direlokasi, lokasi desa lama ini masih sering dikunjungi wisatawan, atau sering disebut sebagai Desa Belaraghi Lama.
Akses jalan menuju desa ini cukup sulit, karena jalannya masih berbatu, menanjak, dan belum beraspal. Sulitnya medan membuat kendaraan roda empat tidak dapat melewatinya. Jadi wisatawan harus berjalan kaki untuk mencapai desa ini. Bahkan akses jalan menuju Desa Belaraghi Lama lebih sulit lagi.
Kompleks pemukiman warga Belaraghi terbilang unik. Mereka membangun rumah-rumah yang saling berhadapan dan berderet sejajar di kiri kanan jalan, membujur dari arah timur laut hingga barat daya. Di bagian tengah pemukiman terdapat ruang publik untuk melaksanakan kegiatan adat.
Desa adat Belaraghi dihuni oleh tiga suku adat, yaitu Suku Belah, Suku Bawa, dan Suku Fu’i. Setiap rumah adat memiliki sebutan yang berbeda-beda, antara lain Kaka, Sapu, Sa’olobo, Ka’kafu’u, Ka’kalobo, dan Sa’odoro.
Tradisi Masyarakat Adat Desa Belaraghi
Warga Belaraghi memiliki tradisi untuk menyambut tamu yang berkunjung. Saat ada wisatawan datang, warga akan dengan sukarela menyuguhkan makanan berupa ubi, pisang, dan talas. Mereka juga menyuguhkan minuman, mulai dari kopi hingga arak tradisional kepada wisatawan yang datang. Bagi warga Belaraghi, wisatawan adalah tamu yang harus dihormati. Setiap tamu atau wisatawan yang datang akan dijamu di rumah sao satu, yaitu rumah khusus yang menjadi tempat warga untuk memperkenalkan tamu dan wisatawan yang datang kepada leluhurnya.
Lalu warga Belaraghi juga memiliki upacara untuk menyediakan makanan bagi leluhur yang disebut dengan ritual Ti’i Ka Ebunusi. Ritual ini tidak hanya ditujukan sebagai persembahan kepada leluhur, tetapi juga untuk meminta restu sebelum berburu.
Akses Menuju Desa Belaraghi
Untuk mencapai desa adat desa wisata Belaraghi, ada 2 alternatif, yaitu trekking dari Wolowio melewati hutan dan perbukitan selama 3 jam dan dengan kendaraan pribadi dari pertigaan Aimere hingga ke depan desa ini. Dari pertigaan Aimere hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk menuju Desa Belaraghi melewati jalan aspal dan beberapa jalan setapak yang masih sedikit rusak, namun kendaraan roda dua maupun roda empat sudah dapat mengakses desa ini.
Saat tiba di Desa Belaraghi, suasananya tenang, aman, dan jauh dari keramaian. Setelah melakukan registrasi dengan mengisi buku tamu, Anda akan diajak ke salah satu rumah warga untuk menikmati segelas kopi dan menyantap hidangan seperti ubi goreng atau ubi rebus.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Desa Belaraghi adalah para ibu, sedangkan para bapak dan anak-anaknya tinggal di desa tetangga yang harus bersekolah di Aimere. Warga Belaraghi bermata pencaharian sebagai petani, hal ini terlihat dari hasil panen yang biasanya dijemur di depan rumah mereka. Untuk merasakan sensasi menginap di rumah adat Ngada, Anda bisa mencoba menginap semalam di Desa Belaraghi dan pada malam harinya Anda bisa melihat ritual pemberian sesaji kepada para leluhur.
Tentang Desa Wae Rebo
Desa Wae Rebo adalah desa adat yang dikenal sebagai desa di atas awan. Wae Rebo berada di ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan yang indah. Wae Rebo ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada bulan Agustus 2012, mengalahkan 42 negara lainnya.
Untuk mencapai Wae Rebo, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 6-7 km dari Desa Dintor menuju Desa Denge menggunakan sepeda motor. Perjalanan dari Denge menuju Wae Rebo, memakan waktu kurang lebih 3-4 jam dengan berjalan kaki melewati daerah terpencil yang dikelilingi oleh hutan lebat yang belum tersentuh, menyeberangi sungai, dan menyeberangi bibir jurang.
Meskipun lokasinya jauh dari keramaian dan sulit dijangkau, Desa Wae Rebo sangat terkenal, terutama oleh wisatawan mancanegara dari negara-negara Eropa karena desain arsitekturnya yang memiliki daya tarik tinggi. Rumah adat di desa ini berbentuk kerucut dengan atap yang terbuat dari daun lontar.
Lokasi dan Akses Wae Rebo
Desa Wae Rebo terletak di Kabupaten Manggarai, bagian barat daya Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai desa ini, wisatawan harus menempuh perjalanan darat yang menantang. Dari kota Labuan Bajo, perjalanan dilanjutkan ke arah timur melalui jalan berkelok yang melintasi pegunungan dan hutan hujan. Setelah sampai di Desa Dintor, perjalanan dilanjutkan dengan trekking selama beberapa jam melalui hutan dan perbukitan sebelum tiba di Desa Wae Rebo.
Arsitektur Unik Desa Wae Rebo
Arsitektur tradisionalnya yang unik banyak menarik perhatian Desa ini terdiri dari tujuh rumah tradisional, yang dikenal sebagai “Mbaru Niang.” Rumah-rumah ini berbentuk kerucut dan beratap tinggi, terbuat dari jerami dan kayu. Desain rumah-rumah ini memiliki fungsi yang cerdas, menghadapi tantangan cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin kencang yang sering terjadi di daerah pegunungan ini.
Konsep Keberlanjutan di Lingkungan Wae Rebo
Wae Rebo dikenal dengan praktik berkelanjutan mereka dalam menjaga lingkungan. Warga desa ini sangat menjaga hutan di sekitarnya, yang menjadi sumber kayu bakar untuk rumah mereka. Mereka juga menjaga kebersihan sungai dan sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Praktik-praktik ini turut menjaga ekosistem setempat dan menjadikan desa ini sebagai contoh keberlanjutan lingkungan bagi daerah lain di Indonesia.
Budaya dan Tradisi Wae Rebo
Masyarakat Wae Rebo masih sangat menjunjung tinggi tradisi dan budaya mereka. Mereka memiliki sistem adat yang kuat, termasuk upacara adat penting seperti upacara panen dan upacara penyembuhan. Selain itu, mereka juga terkenal dengan tarian dan musik tradisionalnya yang indah yang sering ditampilkan dalam berbagai acara adat.
Pariwisata Berkelanjutan
Wae Rebo telah menjadi tujuan wisata populer di Flores. Banyak wisatawan datang ke desa ini untuk merasakan kehidupan tradisional dan keindahan alamnya. Sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan lingkungannya sambil menyambut wisatawan, warga telah mengembangkan homestay sederhana namun nyaman bagi pengunjung yang ingin tinggal dan berinteraksi dengan penduduk setempat.
Baca Juga : Desa Wisata Unik Di Indonesia Yang Wajib Dikunjungi